Pengungsi Sakit Digotong ke DPRD Sikka - KORAN MARICA DESA KAYANG
Headlines News :

IKLAN

Home » » Pengungsi Sakit Digotong ke DPRD Sikka

Pengungsi Sakit Digotong ke DPRD Sikka

Written By MARICA DESA KAYANG on Selasa, 19 Maret 2013 | Selasa, Maret 19, 2013

scale_Nenek_Sakit.JPGKoran Marica:-MAUMERE, PK --Sekitar 50 orang pengungsi korban gunung api Rokatenda Palue, pada Selasa (19/3/2013),  mendatangi Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sikka.            

Kedatangan pengungsi ini dengan menggotong seorang nenek yang tengah sakit. Para pengungsi ke DPRD tersebut untuk mengadu ke wakil rakyat. Karena sekitar belasan orang pengungsi Palue yang dimobilisasi dari Mukusaki, Kabupaten Ende untuk melakukan pencoblosan Pilkada Gubernur NTT dan Bupati Sikka di Aula Transito Maumere, namun diterlantarkan.     

Disaksikan Pos Kupang, Selasa (19/3/2013),  para pengungsi yang terdiri dari belasan orang pengungsi asal Mukusaki yang diterlantarkan berbaur bersama pengungsi yang menginap di Aula Transito Maumere dan relawan kemanusian, baik pastor dan frater dari Ledalero dan aktivis kemanusiaan di Maumere, Maya dan Yie Gie Tjie,  ini mulai bergerak dari Aula Transito sekitar pukul 10.00 Wita. 

Pastor yang mendampingi pengungsi ini adalah Pater Vande dan Pater Otto Gusty.    

Pengungsi yang terdiri dari orangtua, dewasa dan anak-anak ini bersama relawan ketika masuk ke halaman kantor DPRD Sikka cukup menarik perhatian masyarakat, sebab mereka  menggotong seorang nenek yang tengah sakit.                                

Sampai di pelataran Kantor DPRD, ruang sidang utama DPRD Sikka masih terkunci. Pater Vande dan pengungsi minta agar segera dibukaan pintu ruangan agar nenek yang sakit itu bisa dibaringkan. 

Namun pegawai sekretariat telat membuka ruangan itu, akhirnya massa pengungsi dan relawan langsung masuk ke bagian belakang ruang sidang itu atau tepatnya di sebuah ruang di depan ruangan sekretariat DPRD Sikka. Di ruangan itu, nenek yang sakit itu dibaringkan di atas meja biro di ruangan itu. 

Sementara pengungsi lainnya mengambil posisi duduk di lantai di sepanjang ruangan tersebut hingga di dekat depan pintu ruang kerja Ketua DPRD Sikka.                                                         

Pater Vande ketika itu dengan nada lantang meminta pegawai untuk menyampaikan kepada DPRD Sikka agar segera  bertemu dengan pengungsi dan datang melihat kondisi nenek yang sakit tersebut.          

Menurut Pater Vande, nenek dan pengungsi itu adalah korban politik. Sebab pengungsi yang dimobilisasi dari Kabupaten Ende ke Aula Transito diterlantarkan, makanan bagi mereka tidak diperhatikkan, mereka tidur di lantai yang tidak layak, dan parahnya lagi tidak ada tanggung jawab dari pihak yang mengurus kepulangan mereka. 

Buktinya setelah kegiatan pencoblosan, Senin (18/3/2013),  mereka diterlantarkan atau tidak diurus pulang kembali ke Mukusaki.     
Tak lama berselang,  sejumlah pegawai DPRD memandu pengungsi dan relawan masuk ke ruang Komisi C DPRD Sikka. 

Nenek tersebut kembali dibaringkan di atas meja biro dengan bantal sebuah tas milik Pater Vande. Satu-satunya anggota DPRD yang hadir saat itu, Petrus Djelalu  setelah menerima pengungsi, langsung minta pegawai DPRD untuk mengontak ambulance guna membawa nenek itu ke RSUD untuk mendapat perawatan.                                          

Djelalu juga meminta pegawai sekretariat untuk mengontak Kepala Dinas Sosial dan Nakertrans, Step Keda, Kadis Kesehatan, Deli Pasande, pejabat dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah agar memberikan penjelasan langsung kepada pengungsi dalam dialog itu. 

Hadir juga saat itu Asisten I Setda Sikka, Eduardus Desa Pante. Selang tidak lama datang juga anggota DPRD Sikka, Ambros Dan.          

Djelalu mengatakan, sebenarnya urusan yang berkaitan dengan masalah sosial tersebut adalah Komisi C. Namun karena semuanya tidak ada, dan anggota DPRD yang hadir saat itu hanya keduanya dari Komisi A,  namun tidak mengurangi makna pertemuan itu.                                             

Pater Vande yang membuka dialog itu mengatakan, pengungsi telah diterlantarkan dan menyisahkan penderitaan. Pengungsi dimobilisasi untuk hajatan politik, tapi petugas yang mengurusnya tidak melaksanakan tugas ini secara baik. Pengungsi sekitar belasan orang tidak dipulangkan setelah mencoblos. 

Kondisi ini membuat pengungsi terpukul, bahkan ada yang sakit seperti yang dialami mama ini.                              

Koordinator pengungsi Transito, Anastasia mengungkapkan, koordinasi pihaknya dengan pemerintah untuk menyiapkan makanan bagi saudara-saudarinya dari Mukusaki terkesan kurangnya respon dari pemerintah.                      

Demikian juga makanan yang didrop oleh pemerintah  setelah coblos pun terlambat.  Selain Anastasia pengungsi lainnya juga melitanikan penderitaan mereka yang kurang mendapat perhatian selama ini. Bahkan ada pengungsi yang menilai Pemerintah Kabupaten Ende lebih memperhatikkan pengungsi asal Palue yang bermukim di wilayah itu. Sementara perhatian dari Pemerintah Kabupaten Sikka sangat minim.                                                       

Berbagai keluhan dan litani yang disampaikan pengungsi ini langsung ditanggapi Djelalu dengan meminta pejabat pemerintah menjawab secara langsung. Salah seorang pejabat dari BPBD Sikka menampik bahwa pemerintah  tidak memperhatikkan pengungsi. 

"Hanya Tuhan yuang tahu kalau bilang kita kurang perhatikan. Saya ini selalu berada di lokasi pengungsian,"tandas pejabat itu.   

STORY HIGLIGHTS
*Ditelantarkan  di Transito 
*Usai Mencoblos Pilkada dan Pilgub                                           
*Perhatian Pemerintah Sangat Kurang 
*Minta Dipulangkan                          

Editor : omdsmy_novemy_leo
Sumber : Pos Kupang
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

KORAN MARICA

Blogroll

 
Support : Creating Website | Marica Desa Kayang | Marica Bisa
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2014. KORAN MARICA DESA KAYANG - All Rights Reserved
Template Design by Marica Desa Kayang Published by KORAN MARICA