Pulau Alor (NTT) : terlantar vs terselamatkan - KORAN MARICA DESA KAYANG
Headlines News :

IKLAN

Home » » Pulau Alor (NTT) : terlantar vs terselamatkan

Pulau Alor (NTT) : terlantar vs terselamatkan

Written By MARICA DESA KAYANG on Senin, 01 April 2013 | Senin, April 01, 2013


Bye everyone….!!!!” teriak saya kepada teman-teman yang masih akan mengikuti program diving / snorkling dengan Mr. Donovan Whitford (http://www.divealordive.com/about%20us.htm ) yang saat itu sedang berkumpul untuk sarapan.
Pagi ini saya dan kelima kawan akan kembali ke Kupang dengan pesawat pagi dan melanjutkan petualangan ke tujuan lainnya.  Saya, karena telah gagal menyebrang ke Pulau Lembata, mengubah haluan dan berencana akan ke perbatasan RI-Timor Leste di Mota’ain, tidak ikut kelima kawan lainnya yang akan melanjutkan perjalanan ke Pulau Rote karena tahun lalu sudah pernah ke sana.
======================
Bandara Mali yang mungil ini hanya ramai ketika ada pesawat datang & pergi, 2 kali sehari biasanya, tapi hari ini hanya 1 pesawat yang datang dan berangkat.  Suara raungan sirine menandakan bahwa sebentar lagi pesawat akan segera mendarat.  Kira-kira 15 menit kemudian barulah sang pesawat muncul seakan-akan keluar dari balik bukit, lalu mendarat mulus di landasan.
Para penumpang turun satu persatu keluar menemui penjemputnya.  Para penumpang naik segera menggantikan mereka di dalam pesawat.
“Ayo cepat…. cepaatt… semuanya tolong duduk di kursinya masing-masing…” seru Bapak Captain Crew berperut bulat menonjol, seuntai kalung rantai emas besar melingkari lehernya yang berlipat-lipat.
Semuanya sudah duduk dengan tertib di kursinya masing-masing, seat-belt sudah dipasang, ketika mesin pesawat tiba-tiba mati, lalu sang captain crew muncul kembali dari kabin, mengumumkan sesuatu yang sangat mengejutkan, yaitu pesawat tidak bisa berangkat karena mengalami kerusakan teknis dan harus diperbaiki, seluruh penumpang diharapkan turun kembali ke ruang tunggu bandara dengan membawa seluruh barang bawaan-kabin-nya masing-masing…..!!!!
Wajah-wajah penumpang yang terkejut dengan mata yang bertanya-tanya serta kekhawatiran yang juga tersirat nyata didalamnya, saling menatap satu sama lainnya.  Ragu-ragu, semua penumpang berdiri, memungut kembali semua bawaan kabin nya masing-masing, lalu kembali bersusah payah menyusuri lorong antar tempat duduk kabin, menuju pintu belakang pesawat, karena hanya pintu itu saja yang dibuka.
O..ooooo…..rupanya kejutan tidak menyenangkan masih saja timbul di hari kepulangan kami dari Alor.
Ruang tunggu mendadak penuh kembali dengan para penumpang yang bingung, kecewa, marah, tapi juga merasa lega karena kerusakan pesawat diketahui sebelum pesawat tersebut terbang. Kalau tidak terdeteksi…, hmmmm….. entahlah apa yang akan terjadi…, tak berani kami membayangkannya..
Kebingungan juga semakin bertambah dengan ketidak jelasan kapan pesawat bisa selesai diperbaiki dan kapan bisa terbang lagi.  Kepala Bandara dan PIC maskapai kewalahan menerima serangan pertanyaan bertubi-tubi dari seluruh penumpang.
Matahari semakin tinggi, halaman bandara sudah sepi, para pengantar sudah pulang sejak tadi.
Semua orang di ruang tunggu sepertinya menelepon seseorang sekarang, kebanyakan minta dijemput lagi, yang memiliki jadwal penerbangan berikut hari itu misah-misuh gelisah dan menelepon maskapai untuk membatalkan penerbangan berikut dan berharap uang tiketnya dapat diambil kembali (harapan yang mustahil…) , para traveller seperti kami juga sibuk menghitung waktu dan mengatur ulang rencana perjalanan.  Teman-teman saya yang berencana hari itu juga melanjutkan perjalanan dengan kapal cepat ke Pulau Rote, terpaksa membatalkan pemesanan tiket kapal.  Sementara saya yang akan melakukan perjalanan darat tanpa harus booking-booking, sibuk memikirkan alternatif tujuan lain yang bisa dijangkau dengan tersia-sianya 1 hari ini, destinasinya tentu harus “menarik & menantang”, dan waktunya tidak boleh mengacaukan jadwal penerbangan pulang saya ke Jakarta 2 hari yang akan datang.
Satu per satu, penumpang lainnya sudah kembali ke rumahnya masing-masing.  Tinggallah kami ber enam, Pak Nope (seorang guide asal So’e yang baru selesai tugas memandu turis-turis Italia di Alor) dan sepasang turis warga Spanyol yang tersisa di teras bandara, menunggu jemputan angkot “Cinta” langganan kami.
Saya sempat bertemu dan mengobrol ringan sejenak dengan mereka berdua sewaktu di Kampung Takpala, 2 hari yang lalu, dan rupanya keduanya masih ingat saya jadi sejak kedatangan di bandara tadi pagi kami sudah asyik mengobrol, dan kini kami semua sudah seperti 1 group sejak awal.  Itulah keakraban dan kebersamaan sesama pejalan yang selalu saya rindukan, sudah seperti kenal bertahun-tahun walaupun baru bertemu 5 menit yang lalu.. J
Hari ini, adalah hari terakhir juga bagi kedua turis Spanyol, Dani & Anne.  Mereka memutuskan untuk menunggu di bandara karena tidak punya tempat lain lagi untuk dituju.  Jadilah kami berbaur saling bertukar cerita di teras bandara, bahkan para petugas bandara pun ikut nimbrung.
Angkot “Cinta” yang biasa mengantar jemput kami kemana-mana tidak juga muncul.  Perut lapar karena tidak sempat sarapan akibat terburu-buru berangkat mengejar pesawat pagi, khawatir tidak jadi terbang dan harus mengubah lagi rencana perjalanan, serta bosan menunggu bergumul menjadi satu.  Sementara tidak ada satu warung pun yang buka di bandara ini, biasanya warung kecil disebelah sana itu buka kalau saat ada pesawat datang dan pergi.  Yang ada hanya petugas bandara dan rumput ilalang di tepi landasan.
ilalang kering kerontang di tepi bandara
Lama menunggu, sang bemo “Cinta” pun akhirnya tiba, suara klaksonnya yang heboh sudah terdengar sebelum sang bemo kelihatan…  Bemo “Cinta” ini kami sebut demikian karena memang ada tulisan itu di body nya, selain tulisan-tulisan lain dan beraneka gambar-gambar yang memenuhi body mobil dan kaca jendela, membuat penumpang sangat sulit melihat-lihat ke luar.  Hiasan bemo yang “wahhh” ini memang sudah menjadi  ciri khas bemo-bemo di NTT, plus suara musik disco retro trenzz dlsb yang membahana, membuat obrolan apapun hampir tidak mungkin dilakukan.
Bemo Cinta, our king of heroes from Kalabahi :p
Kami berkeliling Kota Kalabahi untuk mencari warung makan, tapi tak menemukan satupun yang buka.  Rupanya, walaupun hampir 95% warganya memeluk agama Kristen, tapi semua orang libur guna menghormati Hari Raya Iedul Fitri yang jatuh tepat jatuh pada hari ini.  Terpaksa kami merepotkan keluarganya Om Kris Dami, pemilik Homestay Cantik sekaligus pemilik si bemo Cinta, dan sekaligus pula jadi dewa penolong kami selama di Alor, untuk menyiapkan makan siang dadakan bagi para traveller yang terlantar hahahaa…
Homestay Cantik ini memang benar-benar cantik suasananya, begitu nyaman berasa di rumah sendiri.  Ada 4 kamar siap pakai dan 4 lagi yang sedang dibangun untuk mengakomodasi para tourist yang semakin banyak berdatangan di Alor.  Dari foto-foto yang berderet di bawah lapisan kaca di meja makan prasmanan, bisa dilihat perjalanan keluarga Om Kris dan siapa-siapa saja tamu (terutama selebritis) yang datang dan pernah menginap di sini, seperti Nadine Chandrawinata.
mengatur strategi perjalanan yang kembali acak-acakan
# Homestay Cantik, Kalabahi, Alor)
Kamar-kamar itu sekarang sedang kosong karena baru saja ditinggalkan tamu-tamu tourist Italia yang telah melanjutkan perjalanan mereka ke Pulau Pantar hingga Larantuka (Flores).  Terasnya yang teduh dengan tanaman-tanaman membuat kami nyaman beristirahat menunggu kabar dari pihak maskapai, jadi terbangkah atau batal dan baru besoknya kami terbang..???  Kami tidak berani pergi jauh-jauh karena takut suatu saat ada telpon dari mereka, jadi hanya sempat berjalan-jalan di sekitar kota hingga ke Pelabuhan Pantai Reklamasi.
Dermaga Pantai Reklamasi yang sepi di siang hari
Ternyata penantian kami hari itu sia-sia, pesawat tidak bisa terbang hingga sore tiba, dan diberitahukan bahwa akan terbang besok pagi-pagi.  Hmmm….rupanya kami harus mencicipi menginap semalam di Homestay Cantik dan mencicipi lagi masakan istrinya Om Kris Dami yang enak.  Tentu saja semua biaya penginapan dan makan ditanggung oleh pihak maskapai.
gaya penumpang terlantar yang marah besar:)
Jadi sore-sore kami kembali ke bandara, mengambil bagasi.  Bersiap untuk menginap semalam lagi di Pulau Alor, bertemu dengan semua teman-teman penyelam dari groupnya Mr. Donovan ( http://www.divealordive.com/about%20us.htm ) yang tadi pagi sudah kami beri ucapan selamat tinggal.
“The ferry is broken, now the plane is broken too…???”   Itu adalah komentar dari salah seorang turis Amerika menanggapi  cerita kenapa saya dan teman-teman masih saja ada di sini malam ini.  Kemarin saya sudah bercerita kepadanya bahwa saya tidak jadi ke Pulau Lembata gara-gara ferry nya rusak. Beginilah kondisi umum transportasi di wilayah Indonesia Timur.
Miss Anne si turis Spanyol, bahkan berseloroh “Nope…, I’m gonna stay at the hotel, I’m not going anywhere else, I’m not gonna take any transportation again, not even a bemo.  Worry that for some reason that we don’t know, the bemo may be broken too…”
Hahahaaa…. Anne dan Dani memang sudah mengalami 2 penundaan keberangkatan pesawat, pertama adalah pesawat Kupang-Makassar yang menyebabkan mereka harus menginap di Kupang, dan sekarang ditimpa lagi dengan penundaan pesawat Alor – Kupang yang menyebabkan mereka harus menginap lagi di Alor.  Untungnya mereka berdua adalah backpacker kakap kelas dunia, yang “sudah bisa menikmati” kondisi apapun yang mereka temui selama di perjalanan.
Yuppp….kesulitan demi kesulitan selama perjalanan tidak akan membuat seorang traveller kapok… , malah akan menjadi pupuk penyemangat untuk perjalanan-perjalanan selanjutnya, dan bagi hidupnya.
Strategi perjalanan kembali harus diatur, menyesuaikan dengan waktu yang sudah semakin sempit.  Kebetulan tadi pagi sewaktu terdampar di Bandara Mali , saya bertemu dengan Om Nope yang ternyata adalah seorang guide asal So’e yang beberapa hari lalu datang ke Alor mengantar tamu-tamu dari Italia yang menginap di Homestay Cantik milik Om Kris Dami.  Saya pernah ke So’e tahun lalu dan pergi ke Desa Adat Boti di Bagian Selatan dari So’e.  Om Nope mengusulkan agar saya pergi ke Desa Fatumnasi saja di Gunung Mutis, katanya pasti tidak akan menyesal kalau pergi ke sana.  Tahun lalu saya sebenarnya mencanangkan pergi ke Fatumnasi juga, tapi tidak ada waktu, sooo…Fatumnasi deh jadiii…!!!
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

KORAN MARICA

Blogroll

 
Support : Creating Website | Marica Desa Kayang | Marica Bisa
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2014. KORAN MARICA DESA KAYANG - All Rights Reserved
Template Design by Marica Desa Kayang Published by KORAN MARICA