
Enam Suku terkemuka di wilayah itu menyerahkan tanah yang luasnya disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan pelabuhan penumpang Be’ang. Dalam penyerahan tanah milik enam suku itu, Suku Arang diwakili Drs. Rudolf Illuko, Suku Takung diwakili Thomas La Tellu, Suku Alepang oleh Rehabeam Laumuri, Suku Mauta oleh Okto K. Kammy, Suku Bama oleh Arkalaus Lauade dan Suku Wemugas diwakili Markus Blegur. Penyerahan dilakukan di Gedung Gereja Jemaat Ebenheazer setelah ibadah syukuran HUT Jemaat Ebenheazer Be’ang ke 79 dan mandirinya Jemaat Wilayah Air Mama Klasis Pantar Barat.
Bupati Alor, Drs. Simeon Thobias Pally pada kesempatan penyerahan tanah mengatakan, pada tahun 2008 ia berada di Be’ang dalam rangka melakukan pamitan dengan warga Be’ang untuk mengikuti Pemilihan Kepala Daerah. “Hari ini saya datang untuk menggenapi janji,” ungkap Pally disambut garwa masyarakat Be’ang.
Be’ang tempo dulu menurut Bupati Alor, tidak dikenal banyak orang, tetapi sekarang sudah dikenal di tingkat nasional. Buktinya, ada anggaran dari pusat senilai Rp. 23 milyar lebih yang kita minta dan disetujui pusat untuk membangun pelabuhan Be’ang.
Selaku Bupati Alor demikian Pally, pihaknya menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada para pemilik tanah yang dengan suka rela menyerahkan tanah milik sukunya untuk kepentingan pelayanan publik. Tidak semua orang memiliki sikap seperti para pemilik tanah ini, ungkap Pally.
Dia mengaku jawaban pemerintah pusat untuk membangun pelabuhan penumpang di Be’ang senilai Rp. 23 milyar lebih ini tergolong cepat dan singkat. “Kita usul bangun ini pelabuhan Be’ang itu tahun 2011, pada tahun 2012 pemerintah pusat menyetujui usulan pemerintah kabupaten sehingga kemudian dibangun pada tahun 2013,” kata orang nomor satu di Kabupaten Alor ini.
Pembangunan pelabuhan seperti Be’ang yang segera dibangun ini menjadi sangat penting karena dampaknya akan ikut meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya pelabuhan ini akses masyarakat di sekitar pelabuhan menjadi terbuka, apalagi pelabuhan ini bakalan menjadi pelabuhan transit yang menghubungkan Be’ang dengan Timor Leste, Be’ang dengan Atapupu, Be’ang dengan Kupang, Be’ang dengan Kalabahi dan Wetar Maluku Tenggara.
Kepada rekanan yang dipercayakan untuk mengerjakan proyek pembangunan pelabuhan penumpang ini Pally menaruh harap agar pekerjaan yang tidak membutuhkan tekonologi tinggi diberikan ruang bagi anak-anak di Be’ang dan sekitarnya untuk mengerjakan. “Bahan lokal yang dibutuhkan tetapi ada di Be’ang biarlah itu yang digunakan,” pinta Pally sembari menaruh harap agar semua pihak ikut menjaga keamanan selama pembangunan pelabuhan ini berlangsung. Jika ada masalah secepat mungkin dimusyawarakan agar tidak menggangu keberlangsungan pekerjaan.
Kepala Dinas Komunikasi Informasi dan Perhubungan Kabupaten Alor, Terince Mabilehi, SH pada kesempatan penyerahan tanah enam suku itu mengatakan, untuk pelabuhan Be’ang yang sedang dalam proses tender dalam usulan pihaknya pada tahun 2010 silam itu nomenklaturnya pelabuhan penyeberangan. Tetapi oleh pemerintah pusat dijawab usulan pembangunan dengan nomenklatur pelabuhan penumpang. “Ini merupakan kesepakatan bersama antara Kementrian Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) dengan Dirjen Perhubungan,” ungkapnya.
Karena ini pelabuhan penumpang sehingga demikian Mabilehi, pelabuhan Be’ang yang segera dibangun dalam waktu singkat ini setelah rampung dibangun, akan melayani kapal penumpang dan kapal menyeberangan atau Air Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) atau KM Fery.
Dijelaskan Mabilehi, pembangunan pelabuhan penumpang di Be’ang ini akan dilengkapi dengan pembangunan rumah pegawai. Pada tahun 2013 ini terangnya, sambil pembangunan fisik jalan, akan dilakukan AMDAL. Ditambahkannya, pembangunan pelabuhan penumpang ini sangat membutuhkan partisipasi masyarakat setempat. Partisipasi itu berupa penyerahan tanah oleh enam suku dan juga partisipasi dalam bentuk dukungan selama pekerjaan fisik berlangsung, termasuk dukungan dalam melakukan studi AMDAL (Analisa Masalah Dampak Lingkungan).
Menurut Mabilehi, proses pembangunan pelabuhan Be’ang sementara dalam proses tender di Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) Republik Indonesia. Tanggal 28 Maret sudah diumumkan rekanan yang menang tender, itu artinya awal April 2013 kegiatan fisik di lapangan sudah harus berjalan.
Mebilehi memprediski, pelabuhan Be’ang yang segera dibangun ini, ke depan sangat strategis karena bakal dijadikan pelabuhan transit yang dapat mengakses Atapupu Kabupaten Belu, Kupang, Republik Demokrat Timor Leste (RDTL) dan Wetar Maluku Tenggara. morisweni
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !