BANGKITLAH MUSIK NTT - KORAN MARICA DESA KAYANG
Headlines News :

IKLAN

Home » » BANGKITLAH MUSIK NTT

BANGKITLAH MUSIK NTT

Written By MARICA DESA KAYANG on Minggu, 31 Maret 2013 | Minggu, Maret 31, 2013


Kalau bukan kita yang angkat musik NTT, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi musik NTT bisa meraja di tanah sendiri dan dunia? 

Virus Anak NTT Bermusik Independen (ANBI) menyebar bukan pada anggotanya saja. Tapi, membuat ribuan orang yang memenuhi acara Deklarasi ANBI Sabtu (14/2), terserang demam cinta musik dan budaya NTT.  Sport Hall Kampus Atma Djaya Jakarta dalam sekejap berubah menjadi arena pesta rakyat yang meriah. Orang-orang NTT merasa seperti “pulang kampung.”  Sementara mereka yang bukan dari NTT tersihir oleh pesona musik, makanan, dan tarian Flobamora dan mendadak jadi “orang NTT semalam.” Begitulah kesan kuat yang tertangkap dalam acara Deklarasi ANBI bertajuk Bangkit Musik NTT.

Sejumlah tokoh NTT seperti Gorries Mere, Gerry Mbatemoy, Paul Liyanto, Farry Francis, dan Frans Go tampak menikmati acara. Pesta musik ini juga dihadiri oleh Hajah Santi Annisa, istri Helmy Faishal Zain, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal. dan sejumlah perwakilan dari badan dunia dan organisasi kebudayaan internasional. Para penerima tamu yang berseliweran memakai pakaian adat NTT membawa warna tersendiri dalam perhelatan yang dibuat dari, oleh, dan untuk musik itu. Para tamu disambut dengan tarian Cerana dari Kupang.

Acara dibuka oleh suguhan apik instrumen akustik yang dimainkan oleh Illo Djeer (gitaris berdarah Manggarai) Vian Dago (bas-Manggarai), (Vincent Verano, flute-Maumere) Fido Inabuy (saxophone-Sabu), dan Vendy Kleden (Flores Timur). Musik menyambut para tamu yang berdatangan sebelum acara dimulai pukul lima sore waktu  Jakarta.


Duet merdu Baby Nailius dan Sandro Dandara
Sandro Dandara, penyanyi asal Sumba, dan Baby Nailius, penyanyi dan presenter televisi nasional berdarah Timor—membuka pentas Flobamora in Harmony  dengan lagu Galai Rumarada dari Sumba diiringihomeband ANBI. Para tamu menyimak penampilan duet MC sembari menikmati penganan khas NTT seperti pisang, jagung, singkong, dan ubi. Kukis solo atau kue cucur, lemet (timus), dan nogosari atau nagasari juga tersaji di meja konsumsi yang berada di sisi kiri jejeran kursi penonton. 

Pementasan dengan tata panggung yang menawan hasil "sulapan" tim di bawah komando Willas Littik dan kamera yang "wah" ini disiarkan langsung melalui live streaming dan Skype serta direlai oleh Radio Trilolok FM dan Rhama Gong Radio Kupang serta Radio Sasando FM Yogyakarta. Para kru tim broadcast: Daddy Therik dan Tony Lalay cs stand by. TV One juga melaporkan langsung dari lokasi pesta musik.



NTT Kaya
Dalam sambutannya, Edel Djenarut, Ketua Panitia Deklarasi ANBI mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang ikut ambil bagian memuluskan acara Deklarasi ANBI. Dia juga berharap, para tamu dan siapa saja mau bekerja sama dan mendukung ANBImemperjuangkan visinya: menjadi wadah bagi para musisi, pemerhati musik, masyarakat NTT, dan pecinta musik untuk bersama-sama mengangkat musik dan musisi NTT menjadi raja di tanah sendiri dan meninggikan musik dan musisi NTT hingga pentas internasional. "Kita sering dengar NTT itu identik dengan kemiskinan. Kesempatan ini kami ingin menunjukkan kami punya kelebihan. Kami punya kekayaan yang layak jual, bukan hanya bermusik, tapi juga budaya,” kata perempuan asal Manggarai ini.

Setelah dientak oleh tarian kolosal Caci dari Manggarai, tampil Kia AFI membawakan lagu Flobamoradengan iringan sasando Djitron dan Berto Pah. Menyusul Ellen Dahal dan Sari Ba’eng dengan kidung Bale Nagi. Setelah mengajak penontong pulang, tampil penyanyi cilik Nera dan Moses Clemens yang membawakan lagu Oras Loro Malirin dari Belu.

Penonton sangat manis malam itu. Begitu musik dimainkan dan suara penyanyi terdengar, tepuk tangan membahana. Ini menunjukkan apresiasi penonton terhadap musik dan musisi NTT yang besar. “Acara ini bisa menjadi sarana pemersatu anak NTT yang dirantau serta menyemangati orang NTT supaya mencintai daerah asalnya dan tidak melupakan kampung halamannya,” kata Maya Ahass, penyanyi Detedelo yang melejit di Flores pada 1986.

Deklarasi ANBI

Penekenan Deklarasi ANBI
Vonny Sumlang tampil dengan lagu Bolelebo, Penampilan “Ratu Sejagat” ini sekaligus menjadi pengantar acara deklarasi ANBI. Boy Clemens, sang deklarator, tampil ke panggung bersama-sama dengan Illo Djeer, Djtron Pah, Martino Andreas “Daddy” Therik, Minno Djawas, Andre de Roma, dan Sandro Dandara untuk menandatangani deklarasi.

Boy langsung medapuk para penonton untuk berdiri dan bergoyang mengikuti irama lagu “Hati Berpesta” yang dinyanyikan bersama Kun "Matahari Band". Jalu G. Pratidina memainkan perkusinya dengan irama pukulan tebe-tebe. Penonton pun bergoyang dan ikut meneriakkan “auhe’, teriakan khas orang Timor. Aplaus kembali terdengar ketika Kun, penyanyi reggae asal Flores Timur, nge-rap.

Setelah bergoyang, penonton dibiarkan “tarik napas” dengan alunan suara lembut namun bertenaga dari Appry Messah dengan lagu Onaweni Tana E dari Sabu. Hans Boleng membuat penonton kembali bergoyong dengan lagu Ganua. Dari lagu Ende, penonton kembali dibawa ke tanah Sabu dalam lagu Bole Jaro oleh Nia Erni Miha Balo dan melintas ke Alor dengan lagu Le Woro Piring Sina e yang dinyanyikan Wati Makus.

Yang tak kalah menarik, acara yang dikoordinir oleh Roy Sahadoen ini juga mengkampanyekan Vote for KomodoAntinarkoba, dan Tribut to Franky Sahilatua, musisi yang banyak memberi perhatian pada NTT. Bukan cuma itu. Panggung juga menjadi tempat bagi Nyongky Welvaart, pakar musik tradisi NTT, untuk memberi “kuliah singkat” sekaligus menunjukkan musik inkulturasi.



Menari Jai 
Acara NTT tanpa tarian ibarat sayur tanpa garam. Musik berteman karib dengan tarian. Memasuki acara bebas, Sandro dan Baby mengundang Siprianus Batesoro untuk memimpin tarian jai dan rokatenda. Arael di depan panggung segera “dibersihkan”. Tak perlu waktu lama, karena penonton yang kebanyakan sudah tidak tahan untuk menari segera menyerbu ke depan panggung.


Penonton bertepuk tangan, meliukkan jari, kaki, dan badan diiringi lagu Ine Mora Ate dari Rully Fuah, disusul suara rock Rolland Ndoloe dengan Ina Noi, Tris Ba’eng dengan Ngkiong, dan Kun dengan Luie.

Tua, muda, laki, perempuan, semua bersatu dalam tarian. Bergerak mengikuti komando Siprianus Batesoro. Pengacara Petrus Ballapatyona dan Kepala Perwakilan NTT di Jakarta Bertho Lalo tampak menari dengan semangat dan wajah penuh senyum. Senyum ceria juga tampak pada sejumlah tamu asing yang ikut bergoyang.


Siprianus (baju batik) memimpin tarian jai
Di antara mereka yang menikmati tarian dan nyanyian, terselip Beren, 24 tahun. Cewek asal Karo, Sumatra Utara, ini datang karena penasaran. Ternyata, dia menikmati betul tarian dan musik NTT. “Acaranya seru banget,” kata mahasiswi Fakultas Hukum Jayabaya ini. “Kalau bisa adaain lagi acara kayak gini,” Citra, 21, karyawati swasta asal Jawa, menambahkan.

Lagu-lagu daerah NTT tidak berhenti dilantangkan oleh para penyanyi.  Dari bawah panggung, penonton melihat senyum yang tak lepas dari Kena Lango—keybord personel band Glen Fredly—yang juga ikut bernyanyi. Semua musisi dan penyanyi tampil dengan semangat ful. Namun, pesta toh harus ada akhirnya.Mai Fali E yang dinyanyikan semua pengisi acara menjadi lagu penutup.
 

Tepat pukul 22.00 malam. MC mengucapkan selamat jalan dan para pengisi acara melambaikan tangan. Semua orang pulang dengan hati gembira. Agaknya mereka  sudah terkena virus ANBI. Mereka diserang demam cinta musik NTT dan bangga akan musik dan musisinya. “Ya, kalau bukan kita musisi NTT dan orang-orang NTT yang cinta dan mau angkat musik kita sendiri, siapa lagi? Kalau bukan sekarang, kapan lagi,” Boy Clemens berujar.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

KORAN MARICA

Blogroll

 
Support : Creating Website | Marica Desa Kayang | Marica Bisa
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2014. KORAN MARICA DESA KAYANG - All Rights Reserved
Template Design by Marica Desa Kayang Published by KORAN MARICA