Home »
» Antisipasi Perubahan Iklim UNDP Bantu Tiga Kabupaten di NTT
Antisipasi Perubahan Iklim UNDP Bantu Tiga Kabupaten di NTT
Written By MARICA DESA KAYANG on Jumat, 05 Juli 2013 | Jumat, Juli 05, 2013
KORAN MARICA :--The United Nations Development Programme (UNDP) bekerjasama Global Fund dan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), membantu tiga kabupaten di NTT, yakni Sabu Raijua, Manggarai dan Sumba Timur.
Program bantuan tersebut sebagai antisipasi perubahan iklim yang berpengaruh terhadap ketahanan pangan. Program bantuan tersebut telah dibahas bersama antara UNDP, KLH dan bupati Sabu Raijua, bupati Manggarai dan bupati Sumba Timur. Selain itu, dilibatkan juga sejumlah kementerian terkait, seperti Kementerian Perhubungan, Kementerian Pertanian dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Pertemuan yang diadakan di Park Hotel, Jalan DI Pandjaitan, Jakarta Timur, Rabu (3/7), dihadiri Bupati Sabu Raijua, Marthen Dira Tome, Bupati Manggarai Christian Rotok, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi NTT, I Wayan Darmawa dan Asisten II Setda Kabupaten Sumba Timur, Gerald Palekahelo. Manajer Program Adaptasi Perubahan Iklim UNDP, Verania Andria mengatakan, program ini hanya untuk dua tahun, yakni 2013 dan 2014.
UNDP memilih Manggarai, Sabu Raijua dan Sumba Timur sesuai tingkat ketahanan pangan, air dan mata pencaharian. "Jadi, sudah kita identifikasi tiga kabupaten ini yang mempunyai karakter iklim yang berbeda-beda, sehingga menjadi contoh," kata Verania.
Terkait program kegiatan, menurutnya sangat terkait erat dengan antisipasi perubahan iklim, agar memperkuat ketahanan pangan. Untuk tahun 2013 dianggarkan 300 ribu US dolar untuk tiga kabupaten. Anggaran ini hanya menyangkut koordinasi dan perencanaan kegiatan.
Sedangkan implementasinya baru dilakukan pada 2014. Pada tahun 2014 akan dianggarkan 1,5 juta US dolar. "Anggaran memang terbatas sehingga kita hanya ambil tiga daerah. Selanjutnya, program ini diharapkan menjadi percontohan bagi pemerintah," ujar Verania.
Deputi Bidang Pengendalian Kerusakan dan Perubahan Iklim KLH, Arief Yuwono menambahkan, program pengendalian perubahan iklim tersebut berbasiskan desa. Namun dia meminta agar dalam penentuan lokasi tidak terjadi overlap atau tumpang tindih dengan program-program lainnya. "Jangan sampai ada desa yang sudah dapat bantuan, masih dapat program ini," katanya.
Dia juga menyarankan, agar kerjasama dapat memberikan dampak yang baik bagi masyarakat petani di pedesaan. Sebab, ketahanan pangan masyarakat pedesaan sangat tergantung pada iklim. "Sehingga program ini sebagai antisipasi agar ketahanan pangan tidak terganggu. Jadi masyarakat harus dipersiapkan agar program ini juga bisa sukses," kata Arief.
Sementara Bupati Sabu Raijua, Marthen Dira Tome, menyambut baik program ini. Menurutnya, lokasi yang telah ditentukan, yakni Kabupaten Sabu Raijua sangat tepat. Hal ini mengingat Sabu Raijua sangat rentan terhadap perubahan iklim.
Para petani pun sering mengeluh akibat perubahan iklim dan cuaca yang ekstrim. "Juga ini momentum yang sangat tepat, karena sedang terjadi perubahan iklim. Sekarang saja terjadi hujan lebat padahal ini musim kemarau, sehingga berpengaruh terhadap petani rumput laut," kata Dira Tome.
Sabu Raijua yang mempunyai curah hujan yang pendek membuat para petani kesulitan dalam meningkatkan produksi pertanian. Berbagai intervensi telah dilakukan Pemda Sabu Raijua, namun belum begitu maksimal. Karena itu, dengan adanya intervensi program UNDP dan KLH, Dira Tome berharap akan meningkatkan produktifitas petani di Sabu Raijua.
Menurutnya, program ini menjadi tantangan bagi Pemda Sabu Raijua. Karena itu, Sabu Raijua siap melaksanakan program ini. "Jadi kami sudah minta tetapkan SOP-nya sehingga dalam pelaksanaan tidak melenceng. Harus ada juklak dan juknisnya," ujar Dira Tome.
Selain itu, terkait penentuan desa dan jenis kegiatan, Dira Tome berharap, tidak dilakukan secara sepihak oleh KLH maupun UNDP, namun harus melibatkan Pemda. Untuk program ini, Sabu Raijua sudah mengusulkan 20 desa dari 63 desa/kelurahan di Sabu Raijua. "Jadi kasih kita kesempatan juga untuk menentukan (desa/kelurahan) sesuai karakteristik wilayah," harap Dira Tome.
Di tempat yang sama, Bupati Manggarai, Christian Rotok mengatakan, program ini akan diarahkan untuk daerah-daerah kantong produksi di beberapa kecamatan di Kabupaten Manggarai. Dia juga meminta, agar kabupaten bisa menentukan desa-desa yang akan menerapkan program ini.
"Banyak sekali daerah yang menjadi kantong produksi seperti Satarmese, Reo, Reo Tengah dan Ruteng," kata Rotok. Dia juga menegaskan, Kabupaten Manggarai siap menerapkan program kerjasama ini, demi ketahanan pangan di Kabupaten Manggarai. "Kami sangat berterima kasih atas program ini, karena Manggarai sebagai salah satu daerah yang dipilih untuk dijadikan percontohan," ujar Rotok. (sam/fmc/rsy)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !