Jatuh bangun usaha itu mulai dirintis sekitar tahun 1985. Awalnya, tak banyak orang yang mempedulikan pondok nasi bambu yang terletak di depan rumahnya di Km 5 ruas Jalan Reo-Ruteng di Kampung Batek, Desa Selama, Kecamatan Reo. Selain Rusmini, masih ada dua pondok lain di kampung itu menjual nasi bambu.
Sejalan waktu pula, nasi bambu bikinan Rusmini dan warga lain di kampung itu mulai punya peminat. Harga Rp 5.000/batang, cukup untuk seorang makan sekali.
Bagi segelintir orang yang kembali dari Reo, mereka sealu tak lupa membawa oleh-oleh nasi bambu. Bahkan, makin hari nasi bambu bikinan Maria makin laris.
Ada pembeli yang daang dari Kabupaten Manggarai Timur. Mereka itu biasanya bertolak dari Pota, Kecamatan Sambi Rampas atau dari Dampek, Kecamtan Lambaleda melintas ruas Reo-Ruteng. Singgah di pondoknya membeli panganan dibuatnya dibawa pulang.
Ibu lima anak dan delapan orang cucu ini rutin membakar nasi bambu setiap hari. Sehari dihabiskan 10 kg beras ketan yang dibelinya Rp 15.000/kg, 10 butir buah kelapa kering dan delapan batang bambu mentah sebesar lengan orang dewas dibeli dari warga Rp 1.500/batang. Kalau tak ada beras ketan, bisa juga menggunakan beras jenis lain dengan kualitas terbaik.
Adonan nasi bambu sangat sederhana. Beras ketan dicampur santan kelapa dan garam yang secukupnya sampai terasa. Kemudian beras diisi di dalam bambu sepanjang satu ruas dan siap dibakar pada api yang menggunakan bambu kering. Bambu berisi beras dibakar sempai hitam mirip arang, maka ketika itu juga beras di dalam bambu tersebut telah matang.
"Nasi bamboo ini nikmat di lidah bila dimakan dengan ikan kuah, opor ayam rendang. Enak pula dengan sayuran lawar," Rusmini, mempromosikan usahanya ketika ditemui Pos Kupang, pekan lalu dipondoknya.(egy moa)
Editor : alfred_dama
Sumber : Pos Kupang
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !