Pulau Alor (NTT) : Kejutan Pertama - KORAN MARICA DESA KAYANG
Headlines News :

IKLAN

Home » » Pulau Alor (NTT) : Kejutan Pertama

Pulau Alor (NTT) : Kejutan Pertama

Written By MARICA DESA KAYANG on Selasa, 02 April 2013 | Selasa, April 02, 2013


Jam 2 dini hari saya berangkat dari daerah Cicurug (Sukabumi) menuju Bogor (pangkalan DAMRI jurusan Bandara) supaya bisa menumpang bis DAMRI paling pagi.  Tiba di Bandara Soekarno-Hatta ( Jakarta) saat subuh.  Ughhh…bandara sudah sangat ramai dengan para pemudik lebaran.   Semua counter check-in sudah panjang dengan antrian.   Pesawat paling pagi yang saya tumpangi, lepas landas kira-kira jam 6 pagi WIB menuju Kupang , Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Menyongsong Matahari Pagi Jakarta
Matahari pagi yang bulat kemerahan tampak baru saja muncul di langit Jakarta, pesawat yang tinggal landas ke arah barat, kemudian membelok menyongsong matahari di timur dan terus terbang ke timur.  Awan-awan putih bersih berkilauan menyilaukan mata.
Beberapa jam setelah lepas landas, saya yang baru saja terbangun, dikejutkan dengan pemandangan Gunung Tambora dengan kawahnya yang menganga super besar dan Pulau Satonda dengan danau di tengah pulau nya yang membuatnya unik, seperti cincin.
Kawah Gunung Tambora
Saya menunggu-nunggu pemandangan spektakuler ke arah Gunung Kelimutu di daratan Flores dengan danau tiga warna nya yang juga unik.  Tapi rupanya rute pesawat ini tidak menuju ke sana, melainkan terus melaju membelah langit di atas Laut Sumba.
Ini adalah kali ke 4 perjalanan saya menyusuri keindahan alam dan budaya FLOBAMORA (Flores, Sumba, Timor, dan Alor).   Pulau Alor dan Desa Lamalera di Pulau Lembata, kini menjadi tujuan utama perjalanan saya.   Walaupun berniat ingin menjajaki juga Pulau Adonara dan Pulau Solor, kemudian menyebrang ke Larantuka di Pulau Flores bagian Timur, kemudian terbang kembali ke Kupang dari Kota Maumere , tapi keterbatasan jatah cuti memaksa saya mengurungkan niat tersebut, dan mencanangkan 2 tujuan utama saja yaitu Pulau Alor dan Pulau Lembata.
Setelah beberapa kali bertualang di NTT, kita akan jadi sangat akrab dengan keterbatasan sarana transportasi darat-laut-udara yang dapat membuat rencana perjalanan yang semula disusun jadi berantakan.  Entahlah…, sepertinya adaaaa… saja alasan ferry tidak jadi melaut atau pesawat tidak jadi terbang.  Para traveller di wilayah ini, harus selalu siap dengan perubahan rencana perjalanan.
Tidak seperti biasanya, kali ini saya berhasil memperoleh teman seperjalanan, sehingga kami menjadi 1 grup yang terdiri dari 2 cowok dan 4 cewek, lumayanlah untuk menekan budget penginapan dan sewa perahu untuk snorkling.
Jam 11 WIT lewat sedikit, pesawat kami mendarat dengan lumayan mulus di Bandara El tari (Kupang), matahari sudah sangat menyengat panasnya.   Penumpang mengerubungi conveyor kedatangan bagasi.  Lama menunggu, tak ada lagi bagasi yang muncul di conveyor, kami dan beberapa penumpang lainnya bingung.  Alangkah terkejutnya kami semua ketika mendengar penjelasan dari petugas maskapai, ternyata tidak semua bagasi berhasil diangkut dengan pesawat yang sama, mungkin akibat terlalu banyaknya bawaan oleh-oleh mudik  lebaran yang dibawa penumpang.
Kepanikan dan kejengkelan melanda kami para traveller yang notabene semua keperluan “hidup” selama travelling ada dalam bagasi yang ditinggal tersebut.  Segala daya upaya dikerahkan untuk melacak keberadaan sang bagasi yang ternyata memang masih berada di Bandara Sukarno Hatta (Jakarta), dan akan diangkut dengan pesawat berikutnya yang diperkirakan akan tiba sekitar jam 11 malam.  Ughhhh…tidak mungkin kami menunggu bagasi, karena jam 14:00 WIT sudah harus meneruskan perjalanan, terbang menuju Alor.  Kalau membatalkan penerbangan ke Alor berarti uang tiket pasti hangus, dan pesawat besok ke Alor pun sudah full-book.
Laporan kehilangan bagasi
Tanpa mengasihani petugas maskapai yang tampak kewalahan menerima protes-protes keras dari penumpang, kami berhasil membuat perjanjian bahwa maskapai HARUS bersedia mengantarkan bagasi kami hingga ke Pulau Alor besok pagi dengan penerbangan pertama yang ada.
Dengan hati galau-misah-misuh, kami berenam dan juga beberapa traveller dari Jakarta bertujuan sama dan bernasib sama, mengangkasa kembali meninggalkan Kupang menuju Pulau Alor.  Batal sudah rencana menikmati daging sei di Kupang sembari menunggu penerbangan berikut.
Bandara Mali (Kota Kalabahi, Pulau Alor, NTT)
Empatpuluhlima menit kemudian pesawat mendarat di Bandara Mali (Pulau Alor).  Bandara yang mungil di apit laut dan bukit batu kapur.  Ojek-ojek dan bemo serta mobil carteran sudah berderet di parkiran.  Uughhh….ternyata hari itu banyak juga traveller yang datang dari Jakarta dan dari luar negri,  banyak juga diantara traveller yang juga akan menyewa jasa Dive Center yang sama rupanya.  Kami dibagi menjadi 2 mobil sewaan, bergerak meninggalkan bandara menuju ke tengah Kota Kalabahi (Ibukota Kabupaten Alor).
Hotel Pelangi yang kami pilih untuk tempat menginap selama di Alor, berada di pusat kota Kalabahi, tepat di seberang Musium 1000 Moko.  Moko adalah semacam “piala” besar atau nekara yang terbuat dari perunggu, dulunya digunakan sebagai alat musik, sekarang digunakan sebagai simbol status sosial adat.  Sayangnya musium tersebut sedang tutup.
Kami yang tidak memiliki baju ganti selembar pun, mau tak mau harus membeli dadakan semua keperluan dasar seperti sabun, sikat gigi, shampoo, baju ganti, baju dalam, bahkan sarung untuk selimut.  Toko-toko kecil di pasar Kalabahi mendadak kebagian rejeki dari pelancong Jakarta yang tidak punya baju ganti akibat bagasi yang tidak diangkut maskapai.  Lucu juga mencermati gaya busana-busana yang dipajang di toko-toko yang motifnya “ramai” dengan segala hiasan.  Mencari selembar kaos oblong sederhana dengan bahan ringan-dingin-menyerap keringat ternyata cukup sulit, sampai harus menjajal beberapa toko yang kebetulan masih buka.
Awal malam, dilewatkan dengan mencicipi hidangan makanan laut berupa ikan bakar, cumi beraneka bumbu, dan kepiting, di warung yang ada di Pantai Reklamasi.   Banyak juga warung-warung seafood yang ada di sini, semuanya menguarkan wangi ikan bakar yang menggoda.  Pengunjungnya lumayan banyak juga.  Selain seafood juga ada yang mejual jagung bakar serta jajanan biasa seperti bakso dan gorengan.  Asyiknya, di warung Peter yang kami pilih, ada fasilitas free-WiFi nya, sehingga kami asyik mengobrol sambil berinternet.  Maklumlah, generasi digital tidak bisa terpisah lama dengan internet…:p
Mudah-mudahan besok pagi, bagasi kami bisa diterbangkan ke Alor sini, sehingga kami bisa menikmati keindahan alam bawah laut alor dan adat budaya nya..
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

KORAN MARICA

Blogroll

 
Support : Creating Website | Marica Desa Kayang | Marica Bisa
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2014. KORAN MARICA DESA KAYANG - All Rights Reserved
Template Design by Marica Desa Kayang Published by KORAN MARICA